Sejarah pendidkan
Islam pada masa Nabi Muhammad SAW terbagi dua periode,Mekkah dan
Madinah. Intisari pendidikan Islam pada periode itu disandarkan pada Al-qur’an
dan Sunnah. Rosul adalahguru, pelopor pendidikan Islam. Pendidikan masa Rosul
menekankan pemahaman dan penghafalan Al-qur’an,cara pengajarannya sangat
sederhana dengan bertatap langsung anatar pendidik dan peserta didik,sehingga
pelajaran lebih cepat dipahami.
Pada periode Makkah, Rosul mengajarkan pendidikan
mula-mula kepada karib kerabat dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah banyak yang memeluk Islam beliau
mendirikan lembaga pendidikan Islam yang pertama yaitu Darul Arqom rumah milik
sahabt Al-Arqam bin Abil Arqam
Al-Makhzumi untuk pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya dalam penyampaian
ajaran Islam untuk menghindari perlakuan buruk dari kaum kafir Quraisy. Disinilah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok
agama Islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu Al- Qur’an.
Sebagai nabi dan guru,beliau membimbing para sahabat untuk menghafal, menghayati
dan mengamalkan ayat-ayat suci Al-Qur’an di samping itu juga mengajarkan nilai-niali
tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim,agar jiwa mereka terpancar sinar
tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan
sehari-hari. Yang kedua Kuttab yang sudah ada sebelum agama Islam datang
berfungsi mengajarkan baca tulis dengan teks dasar puisi-puisi Arab, dan
sebagian gurunya non muslim ini merupakan lembaga pendidikan dasar hanya
mengajarkan baca tulis. Mulanya Kuttab berlangsung di rumah-rumah para guru
atau di perkarangan sekitar masjid dan kuttab berfungsi sebagai pengajaran Al-
Qur’an dan dasar-dasar agama Islam. Guru yang mengajarkan dari umat Islam
sendiri, ini merupakan kelanjutan dari kuttab pertama, setelah siswa memiliki
kemampuan baca tulis. Kuttab yang kedua ini siswa diajari pemahaman Al-Qur’an,
dasar-dasar agama Islam, ilmu gramatika bahasa arab, dan aritmatika. Sementara
Kuttab yang dimiliki oleh orang-orang yang lebih mapan kehidupannya, materi
tambahannya adalah menunggang kuda dan berenang. Guru disebut mu’allim atau
muaddib, serta tidak dibayar.
Pada periode
Madinah, pokok pembinaan Islam dapat dikatakan sebagai pendidikan social
dan politik yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid yaitu pembinaan di
bidang pendidikan social dan politik agar dijiwai oleh ajaran tauhid, sehingga
akhirnya tingkah laku social politiknya merupakan cerminan dan pantulan sinar
tauhid tersebut. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak
turun di Madinah. Kebijaksanaan Nabi dalam mengajarkan Al-Qur’an adalah
menganjurkan pengikutnya untuk menghafal dan menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an
sebagaimana yang diajarkannya. Ketika Rosul dan sahabat hijrah kemadinah, salah
satu program pertama adalah pembangunan
sebuah Masjid,eksistensi Kuttab
tetap dimanfaatkan materi penyajianny lebih dikembangkan seiring dengan semakin
banyaknya wahyu yang diterima,misalnya materi jual beli, keluarga, sosiopolitik,
tanpa meninggalkan materi yang sudah biasa dipakia di Makkah seperti tauhid dan
akidah. Masjid yang dibangun pertama adalah Masjid At-Taqwa di Quba’. Rosul
membangun sebelah utara masjid Madinah dan Masjidil Haram yang disebut
As-Syuffah. Tujuan pembangunan Masjid untuk memajukan dan menyejahterakan kehidupan
umat Islam. Selainitu juga multifungsi sebagai tempat ibadah, kegiatan
social-politik,bahkan lebih dari itu sebagai pusat dan lembaga pendidikian
Islam dengan system halaqah (lingkaran). Syekh duduk dekat dinding atau pilar
masjid, siswanya(ashhabush shuffah) duduk di depannya membentuk lingkaran dan
lutut saling bersentuhan. Metode diskusi dan dialog kebanyakan dipakai dalam
berbagai halaqah.Evaluasinya berbentuk tanya jawab dan kadang syekh memeriksa
catatan murid-muridnya, mengoreksi dan menambah seperlunya. Kebijakan Nabi
selanjutnya yaitu mempersatukan berbagai potensi yang semula
saling berserakan bahkan saling bermusuhan.
Langkah ini dituangkan dalam dokumen yang lebih popular disebut piagam Madinah.
Dengan adanya piagam tersebut terwujudlah keadaan masyarakat yang tenang,
harmonis dan damai.
Kurikulum pendidikan Islam pada periode Mekkah
maupun Madinah adalah Al-Qur’an, yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi dan situasi, kejadian dan
peristiwa yang dialami umat Islam saat itu. Karena itu dalam praktiknya tidak
saja logis dan rasional tetapi juga secara fitrah dan pragmatis. Hasil dari
carayang demikian itu dapat dilihat dari sikap rohani dan mental para
pengikutnya yang dipancarkan dalam sikap hidup bermental semangat yang tangguh,
tabah dan sabar,tetapi akltif dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Metode yang dikembangkan oleh Nabi adalah : 1).
Dalam bidang keimanan ; melalui Tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam
dan didukung oleh bukti-bukti yang rational dan ilmiah. 2). Materi ibadah :
disampaikan dengan metode demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah diikutu
masyarakat. 3). Bidang Akhlak : Nabi menitik beratkan pada metode peneladanan.
Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan keagungan
baik ucapan maupun perbuatan.
Metode yang digunakan Rasulullah dalam
mendidik sahabatnya antara lain: (1) metode ceramah, menyampaikan wahyu yang
baru diterimanya dan memberikan penjelasan-penjelasanserta
keterangan-keterangannya; (2) dialog, misalnya dialog antara Rasulullah dengan
Mu’az ibn Jabal ketika Mu’az akan diutus sebagai kadi ke negeri Yaman; (3)
diskusi ata tanya jawab, sering sahabat bertanya kepada Rasulllah tentang suatu
hukaum, kemudian rsul menjawab; (4) metode perumpamaan, misalnya orang mukmin
itu laksana satutubuh, bila sakit salah satu anggota tubuh maka anggota tubuh
lainnya akan turut merasakannya; (5)metode kisah, misalnya kisah beliau dalam
perjalanan isra’ dan miraj; (6) metode pembiasaan, membiasakan kaum muskimin
shalat berjamaah; (7) metode hafalan, misalnya para sahabat dianjurkan untuk
menjaga al-Qur’an dengan menghafalnya.
2. Pendidikan Islam Pada Masa Kulafaur Rosidin
Khulafaur
Rasyidin adalah wakil-wakil atau khalifah-khalifah yang benar atau lurus,
pewaris kepemimpinan Rasulullah selepas wafat. Para tokoh ini merupakan
orang-orang yang arif bijaksana, jujur dan adil dalam memberikan
Keputusan
dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat.
Setelah
Rasulullah wafat, peradaban Islam memberi contoh bagaimana cara mengendalikan
negara dengan bijaksana (hikmat). Kebijaksanaan ini adalah politik yang
mengandung hikmat, bergerak, berpikir, bertindak, berlaku dan berbuat, yang
dalam istilah sekarang disebut taktik, strategi dam diplomasi yang berbau kelincahan
dan kelicikan. Al-Qur’an dan al-Hadits telah menentukan batas-batas yang
diperbolehkan dan yang tidak, serta memberikan jalan untuk berpikir,
bermusyawarah, dan bertindak.
Adapun
uraian pendidikan Islam pada masa Khulafaur
Rasyidin adalah sebagai berikut :
a. Masa Abu Bakar As-Shiddiq
Masa
awal kekhalifahan Abu Bakar diguncang pemberontakan oleh orang-orang murtad,
orang-orang yang mengaku sebagai nabi dan orang-orang yang enggan membayar
zakat. Oleh karenanya Abu Bakar memusatkan perhatiannya untuk memerangi para
pemberontak yang dapat mengacaukan keamanan dan mempengaruhi orang-orang Islam
yang masih lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran Islam. Dengan demikian,
dikirimlah pasukan untuk menumpas para pemberontak di Yamamah. Dalam penumpasan
ini banyak umat Islam yang gugur, yang terdiri dari sahabat dekat Rasulullah
dan para hafizh al-Qur’an, sehingga mengurangi jumlah sahabat yang hafal
al-Qur’an. Umar bin Khattab menyarankan kepada khalifah Abu Bakar untuk
mengumpulakn ayat-ayat al-Qur’an, kemudian diutuslah Zaid bin Tsabit untuk
mengumpulkan semua tulisan Al-Qur’an. Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih
seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari
segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan,
akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya.
·
Pendidikan keimanan,
yaitu menanamkan bahwa satu-satunya yang wajib disembah adalah Allah.
- Pendidikan akhlak, seperti adab masuk rumah orang, sopan santun bertetangga, bargaul dalam masyarakat, dan lain sebagainya. Pendidikan ibadah seperti pelaksanaan shalat puasa dan haji.
- Kesehatan seperti tentang kebersihan, gerak gerik dalah shalat merupakan didikan untuk memperkuat jasmani dan rohani.
Lembaga untuk
belajar membaca menulis ini disebut dengan kuttab. Kuttab merupakan lembaga
pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya dikatakan bahwa kuttab
didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada
masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik
adalah para sahabat Rasul yang terdekat. Lembaga pendidikan Islam adalah
masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan
dan lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjamaah, membaca
Al-Qur’an dan lain sebagainya.
b. Masa Umar bin Khattab
Situasi
politik pada masa khalifah Umar bin Khattab dalam keadaan stabil dan aman,usaha
perluasan wilayah Islam luas meliputi Semenanjung Arabia, Palestini, Syiria,
irak, Persia dan Mesir. Sehingga pelaksanaan pendidikan saat itu lebih maju.
Khalifah Umar memikirkan pendidikan Islam di daerah-daerah yang baru
ditaklukkan, oleh karena itu Khalifah Umar
memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka berhasil menguasai satu
kota, hendaknya mereka mendirikan Masjid sebagai tempat ibadah dan pendidikan.
Untuk keperluan khususnya dalam kaitannya dengan pendidikan. Umar mengangkat
dan menunjuk guru-guru setiap daerah yang ditaklukan untuk bertugas mengajarkan
isi Al-Qur’an dan ajaran Islam kepada penduduk yang baru
Masuk Islam. Dengan dikuasainya wilayah baru oleh
Islam, menyebabkan munculnya keinginan untuk belajar bahasa Arab sebagai
pengantar diwilayah-wilayah tersebut. Sehingga pada masa ini terdapat
pengajaran bahasa Arab, orang-orang yang baru masuk Islam dari daerah-daerah
yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab untuk mempermudah bagi mereka yang ingin
belajar dan mendalami pelajaran Islam.
Pada masa ini, materi pelajaran yang diberikan
adalah membaca dan menulis Al-Qur’an dan menghafalnya serta belajar pokok-pokok
agama Islam. Metode yang dipakai adalah guru duduk di halaman Masjid sedangkan
murid melingkarinya. Pendidikan pada masa ini, dikelola di bawah pengaturan
gubernur setempat yang berkuasa saat itu, serta diiringi kemajuan di berbagai
bidang, seperti jawatan pos, kepolisian, baitul-mal. Pendidik saat itu sudah
digaji diambilkan dari daerah yang ditaklukkan dan dari baitul-mal.
c. Masa Utsman bin Affan
Usman adalah
saudagar besar dan kaya dan sangat pemurah menafkahkan kekayaannya untuk
kepentingan umat Islam. Pada masa khalifah Usman kedudukan peradaban Islam
tidak jauh berbeda demikian juga pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan
masa sebelumnya. Pendidikan dimasa ini hanya melanjutkan apa yang telah ada,
namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para
sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan
Madinah dimasa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di
daerah-daerah yang mereka sukai untuk mengajarkan ilmu-ilmu yang dimiliki.
Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di
daerah-daerah. Pelaksanaan pola pendidikan masa ini lebih ringan dan lebih mudah
dijangkau seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan belajar Islam dan dari
segi pusat pendidikan juga lebih banyak sebab pada masa ini para sahabat bisa
memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan pendidikan kepada
masyarakat.
Usaha yang
cemerlang pada masa ini yaitu mengumpulkan tulisan ayat-ayat Al-qur’an. Hal ini
dilakukan karena perselisihan dalam membaca Al-Qur’an. Khalifah Utsman
membentuk tim penyalinan, tim tersebut adalah : Zaid bin Tsabit, Abdullah bin
Zubair, Zain binAsh, dan Abdurrahman bin Harits.
Tugas mendidik
dan mengajar umat pada masa itu diserahkan pada umat itu sendiri, maksutnya
pemerintah tidak mengangkat guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri
melaksanakan tugasnya hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah. Pada masa ini tidak
banyak terjadi perkembangan pendidikan, dibandingkan masa khalifah umar bin
Khatab, karena pada masa khalifah utsman kondisi pemerintah sedang banyak
terjadi pergolakan dalam masyarakat sebagai akibat ketidak senangan mereka
terhadap kebijakan Utsman yang mengangkat kerabatnya dalam jabatan pemerintah.
d. Ali bin Abi Thalib
Pada pemerintahan khalifah Ali sudah
diguncang peperangan dengan Aisyah (isteri Nabi) beserta Talhah serta Abdullah
bin Zubair karena kesalapahaman dalam menyikapi pembunuhan terhadap Usman,
peperangan di antara mereka disebut Peperangan Jamal (unta) karena Aisyah
menggunakan kendaraan unta. Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah,
muncul pemberontakan lain, sehingga masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan
ketenangan dan kedamaian.
Muawiyah sebagai gubernur di Damaskus
memberontak untuk menggulingkan kekuasannya. Peperangan ini disebut dengan
peperangan Shiffin, karena terjadi di Shiffin. Ketika tentara Muawiyah terdesak
oleh pasukan Ali, maka Muawiyah segera mengambil siasat untuk menyatakan tahkim
(penyelesaian dengan adil dan damai). Semula Ali menolak, tetapi desakan
sebagian tentaranya akhirnya Ali menerimanya, namun tahkim malah menimbulkan
kekacauan, sebab Muawiyah bersifat curang. Dan dengan tahkim Muawiyah berhasil
mengalahkan Ali dan mendirikan pemerintahan tandingan di Damaskus. Sementara
itu, sebagian tentara yang menentang keputusan Ali dengan cara tahkim,
meninggalkan Ali dan membuat kelompok tersendiri yaitu khawarij.
Berdasarkan uraian di atas, penulis berkesimpulan bahwa pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa
Berdasarkan uraian di atas, penulis berkesimpulan bahwa pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa
Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam
mendapat hambatan dan gangguan.
Pada saat itu Ali tidak sempat memikirkan
masalah pedidikan sebab keseluruhan perhatiannya ditumpahkan pada masalah
keamanan dan kedamaian bagi masyarakat Islam. Namun demikian, pola pendidikan
pada masa khulafaur rasyidin tidak jauh berbeda dengan masa Nabi yang menekan
pada pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an
dan Hadits Nabi.
Oleh : Lutfi Kurniawati
DAFTAR PUSTAKA
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam,
Jakarta : Bumi Aksara, 2008
http://www.infolizer.com/search/Sistem-pemerintahan-islam-pada-zaman-nabi-muhammad/
http://www.scribd.com/doc/47535205/PENDIDIKAN-ISLAM-ZAMAN-RASULULLAH-DAN-SAHABAT
The Star Casino & Resort in Atlantic City - Mapyro
BalasHapusFind 진주 출장안마 hotels and motels near The Star Casino 경상남도 출장샵 & Resort in 전주 출장마사지 Atlantic City, NJ. 777 Casino Dr, Atlantic City, 08401. 광양 출장마사지 안성 출장샵 777 Casino Dr, Atlantic City, NJ 08401.